Suku Baduy dan Keseimbangan Alam

Baduy Dalam merupakan salah satu suku di Indonesia yang terletak di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Karakteristik suku Baduy Dalam yang bisa kita lihat dari luar adalah pakaian yang dikenakan selalu berwarna hitam atau putih dan kemanapun perginya pasti berjalan tanpa alas kaki. Orang yang biasa jualan madu dan berpakaian seperti Baduy Dalam belum tentu mereka Baduy Dalam asli. Kita bisa amati, apakah mereka menggunakan sandal? Apakah mereka berjalan atau naik transportasi? Jika menggunakan sandal dan ditemui menggunakan transportasi, brati itu bukan Baduy Dalam. Mungkin orang biasa yang berpakaian seperti Baduy dalam, hehe.

Baduy Dalam menolak adanya modernisasi. Penolakan terhadap mondernsisasi ini, dilakukan untuk menjaga keseimbangan dengan alam. Beberapa cara yang mereka lakukan untuk menjaga keseimbangan alam seperti tidak menggunakan listrik, alat transportasi, peralatan rumah tangga yang modern,  dan bahan kimia apapun dalam kehidupan sehari-hari. Penolakan terhadap modernisasi ini dilakukan oleh semua warga Baduy Dalam. Per triwulan selalu diadakan audit untuk masyarakat Baduy Dalam. Bagi yang melanggar akan terkena sanksi dan sanksi terberat yaitu dikeluarkan dari Baduy Dalam.

Baduy Dalam tidak mengizinkan listrik masuk pada wilayahnya. Pemerintah sempat menawarkan listrik pada Baduy Dalam, tetapi mereka menolak. Penerangan di Baduy Dalam menggunakan lampu teplok dengan bahan bakar minyak. Jika hari mulai gelap, mereka mulai menyalakan lampu teplok di dalam rumah. Tidak adanya listrik juga berdampak pada tidak adanya peralatan elektonik apapun di Baduy Dalam. Tidak ada handphone sebagai alat komunikasi, tidak ada peralatan elektronik rumah tangga yang membantu pekerjaan di rumah seperti rice cooker, water heater, blender, hair dryer, setrika, dan lain sebagainya. Untuk  memasak nasi dan air mereka menggunakan tungku api dari kayu.

Di wilayah Baduy dalam tidak ada transportasi dan ketika di luar pun, orang Baduy Dalam dilarang menggunakan transportasi.  Suku Baduy Dalam harus berjalan tanpa sandal sejauh apapun tujuannya. Jika Baduy Dalam melanggar aturan ini, maka akan dikeluarkan dari Suku Baduy Dalam. Anak-anak Baduy Dalam sudah diajarkan berjalan jauh sejak kecil. Rata-rata anak berumur 7 tahun sudah mampu berjalan selama 4-5 jam. Walaupun kemana-mana harus berjalan, anak-anak kecil di Baduy dalam tidak mengeluh dan tetap riang layaknya anak-anak kecil pada umumnya.

Baduy Dalam juga menjaga kebersihan alamnya dengan tidak menggunakan bahan-bahan kimia di wilyahnya. Kegiatan menggosok gigi, mandi, bersolek dan mencuci sama sekali tidak menggunakan bahan pembersih dari kimia. Mereka menggunakan bahan-bahan dari alam yang ramah lingkungan seperti daun dari tumbuh-tumbuhan. Meskipun demikian, kulit warga Baduy tetap bersih-bersih. Hal ini salah satunya karena air yang mereka gunakan belum tercemar dengan polutan. Air di Baduy Dalam sangat jernih, bersih, dan tentunya segar.

Peralatan yang dipakai di Baduy Dalam juga ramah lingkungan. Gelas dan ember terbuat dari Bambu. Penampung air di dalam tempat pemandian juga terbuat dari semacam kayu, dan gayungnya terbuat dari batok kelapa. Rumah yang dibangun juga semua berasal dari alam. Atap terbuat dari dedaunan pohon, paku yang digunakan juga berasal dari kayu. Semua aturan-aturan Baduy Dalam yang tidak boleh dilanggar ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam. 

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Perjalanan kali ini memberikanku pelajaran bahwa kebahagiaan bukan berasal dari materi, status sosial, atau ketenaran. Kebahagiaan adalah ketika merasa cukup dengan apa yang sudah kita punya. Kebahagiaan tidak dicari tapi diciptakan. Mereka bahagia dengan hal-hal yang sederhana. Tanpa HP, listrik, dan alat transportasi, tetapi mereka tetap merasa senang layaknya kita yang hidup bersama teknologi. 

Aku tidak bisa mendiskripsikan bagaimana rasa bahagiaku ketika pada akhirnya aku menginjakkan kaki di Baduy Dalam. Sebuah tempat yang sudah lama aku ingin kunjungi. Hal yang memotivasiku adalah keingintahuanku tentang bagaimana mereka memaknai hidup dengan kesederhanaan yang ada. 

Di sana, aku sangat-sangat bersyukur dan sangat senang dengan semua aktivitasnya. Mandi di tengah rimbunnya pepohonan dengan 1 sisi penutup saja, penampung air dan gayung dari kayu, air yang langsung dari mata air. Walaupun tanpa sabun dan shampo, rasanya itu adalah mandi tersegaaaaaaar dan terbersih yang pernah aku lakukan. Dan pengalaman pertamaku juga adalah buang air kecil tepat di sungai tanpa bilik apapun selain pohon (mau tidak mau harus, karena tidak ada toilet atau bilik), di tengah malam.

Bercengkerama di lapangan dengan alas batu dan penerangan sinar rembulan. Kami berbagi cerita tentang pengalaman perjalanan masing-masing.Thank you so much for my new bestieee.. 

Taken by Morgan


Gambar diambil di Baduy Luar













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perawatan Gigi di RSGM FKGUI

Pengalaman Rekrutment di PT Lion Super Indo

Pengalaman Magang di PT Perkebunan Nusantara VIII