Kerinduan
Andai saja, aku bisa bertamu pada waktu itu tanpa melewatkan waktu yang saat ini berjalan. Ingin rasanya aku mengulangi hal-hal menenangkan itu. Apakah ini soal tempat? Ataukah soal orang? Aku tidak tau. Adakah cara untuk mendatangi waktu itu tanpa mengusik detik saat ini bergerak maju?
Sore, mengantarkan
kepergian siang. Malam, bercengkerama dengan langit gelap dan bintangnya. Pagi,
menyapa hangatnya sinar mentari diantara jalan-jalan yang rindang akan pepohonan.
Menelusuri jalan, memotret setiap kehidupan yang kutemui. Daun gugur, barisan
semut di pohon, bunga-bunga yang bermekaran riang, tak luput dari sapaan kamera
handphoneku. Segar, hangat, dan tenang.. Tak bisa berbalik kebelakang, langkah
harus berjalan kedepan.
Kini, gedung-gedung menjulang tinggi hampir setiap hari menyapaku. Sore
enggan menyapa dari balik kamar. Sore dan pagiku hilang, kemana mereka pergi?
Aku kehilangan tempat pulang. Sore dan pagi seolah malu menemui kehidupan ibu
kota ini. Aku yang tak tertarik lagi dengan hiruk pikik cerita orang,
membutuhkan sore untuk pulang. Jika tak ada sore menyapa, pagi yang aku harapkan.
Tapi nyatanya pagiku saat ini tak seperti pagiku sebelumnya yang hanyat dan
sejuk menyapa. Tinggal kenangan, tapi tetap harus berjalan. Pasti bisa
menemukan ketenangan dalam setiap keadaan.
Komentar
Posting Komentar